Kamis, 24 Januari 2013

ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN (TULISAN)


Berbicara tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. siapa yang tidak mengenal Ilmu pengetahuan? Dalam perkembangan zaman ilmu pengetahuan sangat dibutuh kan untuk menunjang perkembangan teknologi yang ada.  Ilmu pengetahuan sekarang ini bisa didapat dari buku- buku, seminar, internet dan lain –lain. Tergantung dari mana kita ingin mencari ilmu tersebut dan untuk apa kita mencarinya??
Perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan di berbagai bidang. Contohnya sekarang ini banyak di temukan rumus – rumus matematika dan fisika baru yang digunakan dalam penghitungan. Kemudian dalam bidang kimia banyak di temukan unsur – unsur logam baru. Lalu banyak teori –teori baru yang dikembangkan agar mempermudah seseorang mempelajarinya. Ilmu penetahuan yang berkembang tersebut dapat kita jadikan sebagai acuan dalam mengembangkan sebuah teknologi.
Contoh perkembangan teknologi pada alat komunikasi yang biasa kita gunakan. Mulanya alat komunikasi berawal dari telegram, lalu beralik ke telpon kemudian berkembang lagi ke handphone lalu beralih lagi ke smartphone. Setelah itu dari tiap – tiap alat komunikasi berkembang cara mengoperasikan alat tersebut mulai memencet tombol, sensor suara, hingga layar sentuh. Kemungkinan cara mengoperasikan alat tersebut dengan menggunakan fikiran.
Sekarang ini Para ilmuwan memang tengah berlomba menyempurnakan teknologi pembaca pikiran, termasuk para produsen alat komunikasi yang ingin membuatnya lebih mudah digunakan. Sebagai contoh, para ilmuwan ingin agar nantinya pengguna ponsel cukup memikirkan menelepon seseorang ketimbang harus menekan sederet nomor untuk melakukan panggilan. Jadi ktita sebagai pengguna hanya harus memikirkan menelepon seseorang dan itu akan terjadi. Atau Anda bisa mengontrol kursor di layar komputer hanya dengan memikirkan ke arah mana kursor itu akan dipindahkan.
Ciri-ciri fenomena teknik pada masyarakat :
1.      Rasionalitas, artinya tidakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
2.      Artifisialitas, artiya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
3.      Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi da rumusan dilaksanakan secara otomatis. Demikian juga dengan teknik mampu mengeliminasikan kegiatan non teknis menjadi kegiatan teknis.
4.      Teknik berkembang pada suatu kebudayaan.
5.      Monisme artiya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
6.      Universalisme. artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
7.      Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip.



Jadi kita sebagai manusia harus bisa mengikutin perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kita tidak ketinggalan informasi. Jika kita tidak bisa mengikutinya ada besar kemungkinan kita menjadi orang yang bodoh. Dan orang yang bodoh sangat dekat dengan kemiskinan. Oleh karena itu kita harus bisa belajar dengan cara apa pun.

SUMBER : GOOGLE, WIKIPEDIA

PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT (TULISAN)


PERTENTANGAN SOSIAL
Pertentangan sosial bisa di sebut konflik atau pertikaian antara anggota masyarakat. Pertentangan bisa diartikan sebagai suatu proses sosial atara seseorang atau kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perselisihan atau percekcokan. Pertentangan sosial terjadi karena adanya perbedaan pendapat di masyarakat. Setiap anggota masyarakat pasti pernah mengalami pertentangan sosial. Akibat yang terjadi setelah pertentangan bisa berupa akibat positif dan negatif. Akibat positif yang terjadi misalnya bisa memperkuat solidaritas atar masyarakat atau antar kelompok dan memperjelas aspek kehidupan. Akibat negatif yang terjadi misalnya timbul keretakan atau kerenggangan antar masyarakat atau antar kelompok, bisa merubah perilaku yang tadinya baik menjadi tidak baik, dan bisa menghilangkan nyawa masyarakat yang ikut dalam pertentangan sosial. Pertentangan sosial bisa di atasi dengan mencari penengah kelompok yang mampu mendamaikan masyarakat atau kelompok yang bertentangan. Atau dengan menyelesaikan segala masalah dengan kepala dingin dan tidak menggunakan emosi.
   
INTEGRASI MASYARAKAT

Integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok masyarakat beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan masing-masing antar daerah. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian diri diantara unsur-unsur yang saling berbeda di dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian. Integrasi bisa diartikan sebagai pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem masyarakat dan bisa diartikan juga dengan membuat kesuluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu. Integrasi sosial adalah jika yang di kendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan untuk supaya masyarakat tidah bubar atu tidah pecah meskipun telah menghadapi berbagai macam tantangan, baik berupa tantangan fisik taupun tantangan yang terjadi secara sosial atau konflik.

Generasi Muda yang berdemokrasi dan berintegrasi bangsa
Dalam benak banyak orang, pemuda adalah sosok pribadi yang istimewa. Penilaian istimewa ini mungkin didasari atas peran-perannya yang terdapat dalam seluruh proses kesejarahan umat manusia yang ada. Memang ada banyak bukti yang bisa dijadikan dasar atas penilaian itu. Di hampir seluruh pelosok dunia, sejarah perubahan senantiasa dimotori oleh segolongan manusia yang bernama pemuda, khususnya mahasiswa. Pun yang terjadi di Indonesia.
Betapa tidak, dalam setiap episode perubahan yang terjadi di Republik ini, selalu saja mahasiswa menjadi pelopornya. Tengok saja misalnya pada tahun 1908 ketika gerakan kebangkitan nasional dimotori oleh mahasiswa-mahasiswa STOVIA. Atau mungkin pada tahun 1966 yang dipelopori oleh mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia yang kemudian melahirkan Orde Baru.
Atau juga pada peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari yang aksi-aksinya juga dipimpin oleh para mahasiswa. Bahkan tahun 1998 kemarin yang kemudian lebih dikenal sebagai gerakan reformasi. Semua itu adalah lembaran-lembaran emas dari sejarah perjuangan-perjuangan yang di perankan oleh mahasiswa.
Demikian juga sejarah perubahan yang terjadi di dunia. Lihat saja pada apa yang terjadi di Portugis pada tahun 1930- 1940. Bagaimana mahasiswa Portugis waktu itu melakukan aksi-aksi menentang kediktatoran Salazar. Atau ketika dekade 60-an, bagaimana para mahasiswa latin berjuang dalam misinya melawan kediktatoran dan kelaparan bangsanya. Mereka dengan lantang memprotes kebijakan-kebijakan para diktator Paraguay, Guatemala, Haiti,dan Nicaragua. Mereka dalam dekade itu secara massif memprotes setiap kebijakan para diktator yang jelas-jelas tidak berpihak kepada rakyat. (lPergolakan Mahasiswa Abad ke-20, Yozar Anwar dalam Kisah Perjuangan Anak-Anak Muda Pemberang ) Dan dari sebagian kecil itu saja, apabila di dalam kamus sejarah perubahan kita dikenal yang namanya Very Important Person (VIP)-, mahasiswa dan pemuda bisa dipastikan akan menjadi nominator utamanya. Dan andaikata itu memang ada, mungkin bukan lagi Very Important Person, melainkan Very Important Community. 1998 – Saat ini Bulan mei yang kita lewati saat ini adalah bulan yang delapan tahun lalu merupakan bulan yang syarat dengan catatan sejarah bagi perjalanan demokrasi di bumi pertiwi ini.
Pada saat itu, ribuan mahasiswa bersama-sama dengan rakyat bahu-membahu turun ke jalan menuntut sebuah perubahan. Kekecewaan dan kemarahan rakyat atas pemimpin dan segala kebijakannya terakumulasi dengan kuat. Bersama dengan pemuda dan mahasiswa, rakyat yang telah kecewa dan marah tersebut kemudian melakukan sebuah gerakan ekstra parlementer yang maha dahsyat. Dari gerakan yang kemudian lebih dikenal sebagai gerakan reformasi ini, tepat pada tanggal 21 Mei berhasil memaksa Soeharto sang Sumber Dari Segala Bencana mundur dari tampuk kekuasaannya. Sejenak rakyat bersama mahasiswa lega, Saat ini -delapan tahun setelah peristiwa itu telah berlalu- kita belum merasakan indahnya reformasi yang kita impikan.

SUMBER : GOOGLE, WIKIPEDIA

MASYARAKAT PEDESAAN DAN MASYARAKAT PERKOTAAN (TULISAN)


Masyarakat pedesaan dan perkotaan keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan satu sama lainnya, karena diantara mereka saling membutuhkan. Masyarakat Kota tergantung pada desa dalam memenuhi kebutuhan akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur mayor, daging, ikan, maka masyarakat desa menyalurkan kebutuhan tersebut lalu mendapatkan keuntungan. Selain itu masyarakat Desa juga merupakan dibutuhkan masyarakat kota sebagai sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu di kota misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan. Mereka biasanya adalah pekerja-pekerja musiman apa bila mereka tidak bekerja di ladang.
Sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yang juga diperlukan oleh masyarakat desa seperti bahan-bahan pakaian, alat dan obat pembasmi hama pertanian, minyak tanah, obat-obatan untuk memelihara kesehatan dan agar ladang mereka tetap hijau. Lebih enak menjadi masyarakat desa atau masyarakat kota?
Di desa kita lebih kental dengan gotong royong nya dalam melakukan sesuatu, saling menyapa walaupun tidak kenal dibandingkan di kota yang cendrung individual. Didesa pun lingkungannya masih bersih, udaranya sejuk, tidak seperti dikota yang lingkungannya kotor dan banyaknya polusi udara. Namun tingkat perekonomian pedesaan lebih rendah dibandingkan dengan perekonomian didaerah perkotaan. Hal ini yang memicu banyak nya warga pedesaan yang melakukan urbanisasi untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
       Akibat dari banyaknya masyarakat desa yang melakukan urbanisasi maka timbul masalah – masalah baru yang merugikan masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Contoh masalah yang akan timbul yaitu kurang nya tenaga kerja untuk mengurus ladang pertanian dan perkebunan yang mengakibatkan kurangnya pasokan makanan untuk masyarakat perkotaan. Kemudian kota akan menjadi padat oleh para pendatang sehingga angka pengangguran di daerah perkotaan meningkat.
       Dalam hal ini peran pemerintah sangat di perlukan untuk mengatur perpindahan penduduk, pembukaan lapangan kerja baru serta meningkatkan kualitas perekonomian desa, sehingga kepadatan penduduk merata dan kebutuhan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan terpenuhi dengan baik.
SUMBER : GOOGLE, WIKIPEDIA

AGAMA DAN MASYARAKAT (TULISAN)


Peran Umat Beragama dalam Masyarakat
Agama-agama mempunyai banyak kesamaan ketika berperan di tengah-tengah hidup dan kehidupan masyarakat. Misalnya, dalam rangka mensejahterakan masyarakat, agama berperan agar terjadi perubahan sosial dengan harapan manusia mempunyai kualitas hidup yang lebih baik. Semua peran itu, memang bisa dilakukan secara sendiri-sendiri, namun alangkah baiknya jika semua agama bisa melakukannya secara bersama.

Pada umumnya, umat beragama menyadari dan memahami bahwa TUHAN yang menciptakan manusia. Ia memberi mandat kepada manusia untuk mengolah, menata, merawat, dan memanfaatkan hasil ciptaan-Nya. Agama-agama juga menyadari bahwa, mandat itu hanya bisa dilaksanakan dengan baik, jika dilakukan secara bersama, serta semua kapasitas dan kemampuan manusia terus menerus ditingkatkan. Akan tetapi, hal tersebut hanya sebatas pemahaman saja, dalam arti belum mencapai berbagai tindakan konkrit pada tataran realitas masyarakat dalam hidup serta kehidupan setiap hari.
tantangan-tantangan umum yang di hadapi umat beragama
Sebagian besar masyarakat atau penduduk Indonesia [termasuk umat beragama] berada di wilayah pedesaan pulau Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Papua, Timor, dan lain-lain. Pada umumnya, masih banyak di antara mereka yang bergelut dengan kurangnya pendidikan karena ketiadaan dana; sarana dan prasarana sosial, ibadah, pendidikan yang terbatas; banyak yang dikategorikan sebagai keluarga pra sejahtera dan tertinggal.
 Namun, sebaliknya, masyarakat perkotaan, dalam banyak hal, lebih baik keadaannya. Walaupun demikian, masyarakat di perkotaan pun masih mempunyai berbagai ciri khas yang sekaligus berdampak pada pendekatan dalam pelayanan agama-agama. Misalnya,
  1. kota-kota metropolitan [misalnya Jakarta, Surabaya, Medan, dan lain-lain], dengan masyarakat multi etnis; tingkat ekonomoni-sosial yang beraneka ragam; adanya kaum miskin kota yang berdampingan dengan orang-orang kaya; mempunyai penduduk yang sarat dengan permasalahan; adanya kesenjangan yang cenderung memunculkan berbagai konflik sosial akibat dari hal-hal sepele; dan kadang-kadang pengaruh sisi gelap dari metropolitan tersebut merambah masuk ke dalam hidup dan kehidupan umat beragama
  2. kota-kota penyangga [misalnya, Bekasi, Tangerang, Sidoarjo, Mojokerto, dan lain-lain]; penduduk dengan mobilitas yang cukup tinggi; banyak waktu mereka yang terbuang di jalan raya; hari-hari efektif mereka terisi dengan pergerakan pulang-pergi ke metropolitan di dekatnya untuk bekerja, sekolah, dan lain-lain
  3. kota-kota industri dan urban yang ramai serta padat karena adanya industri di sekitarnya [misalnya Tenggarong, Balikpapan, Batam, dan lain-lain
  4. kota-kota [relatif] kecil namun penuh dinamika khas [misalnya Salatiga, banyak mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia dan dunia; Kediri, buruh pabrik rokok; Madiun, sebagai lintasan transportasi antara Jawa Timur dan Jawa Tengah; Cirebon, sebagai lintasan transportasi antara Jawa Tengah dan Jawa Barat; Magelang, anggota militer; dan lain-lain].
Karakteristik masyarakat dan umat beragama seperti itu, sebetulnya sekaligus merupakan kekayaan dan tantangan bagi pemimpin-pemimpin keagamaan. Tiap-tiap umat beragama mempunyai ciri khas, namun hampir semuanya mempunyai kesamaan yang umum, yaitu anggota adalah orang dewasa dalam usia produktif; hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk sibuk bekerja atau mencari nafkah; mempunyai mobilitas tinggi karena tuntutan profesi; mempunyai tanggung jawab untuk menghidupi serta mensejahterahkan keluarga; dan lain sebagainya. Di samping itu, umumnya ada semacam penyakit yang pada umat beragama sehingga mereka kurang [bahkan tidak mau] berperan di/dalam kegiatan-kegiatan agamawi, kecuali pada hari-hari raya keagamaan.

Di samping semuanya itu, pada era kemajuan tekhnologi dan komunikasi, agaknya peran umat beragama, seharusnya tidak melulu tertuju pada orang-orang seagama, melainkan menjangkau masyarakat di luar agamanya. Masyarakat yang terus menerus mengalami proses globalisasi, menimbulkan transformasi komunikasi dan informasi sehingga berdampak terhadap perubahan nilai-nilai sosial serta budaya, dan lain-lain. Dan, ketika masyarakat [yang di dalamnya termasuk anak-anak] berubah serta menerima nilai-nilai baru yang didapat akibat bebasnya arus informasi. Pada sikon itu, misalnya anak-anak yang mengalami pengaruh bebasnya arus informasi, kemudian mereka menggunakannya untuk berhadapan dengan orang tuanya, maka bisa saja akan muncul benturan-benturan serta gesekan-gesekan. Benturan-benturan itu bisa juga akibat perbedaan persepsi di antara keduanya; misalnya perbedaan menanggapi dan bersikap terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Dan jika orang tua tidak siap, tanpa wawasan yang luas, kurang sigap mengamati dan memperhatikan perkembangan masyarakat, maka benturan-benturan tersebut akan semakin menjadi suatu pertikaian yang tak henti; pertikaian yang berujung pada retak dan renggangnya hubungan inter dan antar anggota keluarga, serta orang tua dengan anak, dan lain sebagainya. Dan tidak menutup kemungkinan, adanya pelarian sumber daya insani [terutama angkatan muda yang berpendidikan dan dinamis serta kreatif] ke pelbagai agama yang membuka kesempatan kepada mereka untuk berkreasi sesuai perkembangannya.

Oleh sebab itu, umat beragama perlu berbuat lebih banyak lagi [karena pada umumnya mereka mempunyai kemampuan untuk itu]. Itu berarti membutuhkan kemampuan penyesuaian dan mengatasi masalah serta dukungan lingkungan kondusif untuk berkembangnya nilai-nilai sosial dan budaya yang tanggap terhadap berbagai perubahan. Hal itu harus terjadi, karena adanya permasalahan sosial di/dalam masyarakat [konteks umat beragama berada]. Misalnya, kekerasan [dari orang dewasa dan sosial] terhadap masyarakat, terutama kepada wanita dan anak-anak; kenakalan remaja [di rumah, sekolah, lingkungan] dan berbagai dampak yang mengikutinya; penyalahgunaan obat-obatan; mudah mengikuti unsur-unsur budaya asing [dengan tanpa berpikir kritis] yang ditampilkan melalui media massa; premanisme serta pelbagai tindak kriminal; masalah seksual; masalah kaum urban dan masyarakat miskin kota di daerah-daerah kumuh; benturan budaya sebagai pendatang di kota metropolitan; ketidakmampuan ekonomi yang berimbas pada faktor kesehatan dan pendidikan, dan lain lain.

Dalam konteks seperti itulah, umat beragama hadir dan ada. Dengan demikian, mau tidak mau, umat beragama berperan dan harus terlibat serta melibatkan diri untuk mengatasi hal-hal tersebut. Jika umat beragama hanya mengfokuskan diri pada hal-hal yang hanya berhubungan dengan ibadah rutin, maka peran dan pelibatan diri tersebut tidak terlihat bahkan tak berdampak apa-apa pada orang lain [termasuk tidak mampu melindungi anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam permasalahan sosial serta kriminal di/dalam masyarakat] serta masyarakat luas.
Pada diri setiap umat beragama, seharusnya ada panggilan, tugas, tanggung jawab untuk memperbaiki masyarakat dengan talenta dan kemampuan yang ada padanya. Oleh sebab itu, perlu suatu perubahan pemikiran dalam rangka meningkatkan peran keseluruhan umat beragama [misalnya sebagai bagian dari bangsa Indonesia], pada agamanya dan masyarakat. Dengan itu akan terjadi suatu paduan kekuatan dan kemampuan dalam rangka membangun manusia dan masyarakat yang sejahtera. Pada dasarnya ada banyak peran Agama dan umat beragama dalam lingkup agamanya serta masyarakat seluas-luasnya.

Manusia beragama karena adanya alasan-alasan tertentu; dan ketika seseorang mengikatkan dirinya pada institusi keagamaan, tersirat dari dan dalam dirinya, bahwa ia harus mendapat keuntungan serta kepuasan dari tindakannya itu. Ini berarti, agama sebagai suatu sistem ajaran harus membawa perbaikan dan perubahan total pada manusia yang beragama atau umat. Jadi, agama berperan untuk perubahan manusia; sebaliknya manusia pun dapat berubah karena adanya agama; manusia bisa berubah karena kekuatan agama dan juga sebaliknya.

Oleh sebab itu, ada beberapa peran yang bisa dilakukan agama; bukan berarti agama adalah pribadi yang bisa melakukan sesuatu; melainkan peran yang dilakukan oleh institusi agama atau umat beragama, terutama mereka yang berfungsi sebagai pemimpin-pemimpin keagamaan. Pada dasarnya ada banyak peran Agama dan umat beragama dalam lingkup agamanya serta pada masyarakat;
SUMBER :  google, wikipedia